Kamis, 19 Agustus 2010

Museum nasional (Museum Gajah)

Sejarah dan Latarbelakang
Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu museum dengan wajah dan pengaruh budaya Eropa, terutama semangat Abad Pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18. Ia dibangun pada tahun 1862 oleh pemerintah Belanda dibawah Gubernur-Jendral JCM Redermacher sebagai respons adanya perhimpunan Bataviaasch van Kunsten en Wetenschappen yang bertujuan menelaah riset-riset ilmiah di Hindia Belanda. Museum ini diresmikan pada tahun 1868, tapi secara institusi tahun lahir museum ini adalah 1778, saat pembentukan Bataviasch Genootschap van Kunstan en Wetenschappen oleh Pemerintah Belanda.
Museum Nasional dikenal sebagai Museum Gajah sejak dihadiahkannya patung gajah oleh Chulalongkorn dari Thailand pada tahun 1871. Tetapi pada tanggal 28 Mei 1979, nama resmi menjadi Museum Nasional Republik Indonesia. Kemudian pada tanggal 17 Februari 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia mengelolanya, menyerahkan Museum kepada pemerintah Republik Indonesia. Semenjak itu pengelolaan museum resmi oleh Direktorat Jendral Sejarah dan Arkeologi, dibawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tetapi mulai tahun 2005, museum Nasional berada dibawah pengelolaan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Catatan di website Museum Nasional. Republik Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan bahwa koleksinya telah mencapai 109.342 buah. Jumlah koleksi itulah yang membuat museum ini dikenal sebagai museum terlengkap di Indonesia. Pada tahun 2006 jumlah koleksinya sudah melebihi 140.000 buah, tapi baru sepertiganya saja yang dapat diperlihatkan kepada khalayak umum. Museum ini terletak di jalan Merdeka Barat.
Koleksi Museum Nasional
Museum Gajah banyak mengkoleksi benda-benda kuno dari seluruh Nusantara. Antara lain yang termasuk koleksi adalah arca-arca kuno, prasasti, benda-benda kuno lainnya dan barang-barang kerajinan. Koleksi-koleksi tersebut dikategorikan ke dalam etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatic, relic sejarah dan benda berharga.
Sebelum Perpustakaan Nasional RI yang terletak di jalan Salemba 27, Jakarta Pusat didirikan, koleksi Museum Gajah termasuk naskah-naskah manuskrip kuno. Naskah-naskah tersebut dan koleksi perpustakaan Museum Gajah kini disimpan di Perpustakaan Nasional.
Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan pembelian. Koleksi keramik dan koleksi etnografi Indonesia di museum ini terbanyak dan terlengkap didunia. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Kami koleksi yang menarik adalah Patung Bhirawa, pating yang tertinggi di museum Nasional dengan tinggi 414 Cm ini merupakan manifestasi dari Dewa Lhokeswara atau Awalokiteswara, yangmerupakan perwujudan Bodhisatwa (pancaran Budha) di Bumi. Patungini berupa laki-laki berdiri diatas mayat dan deeretan tengkorak serta memegang cangkir dari tengkorak di tangan kiri dan keris pendek dengan gaya Arab ditangan kanannya. Patung ini ditemukan di Padang Roco, Sumatera Barat. Diperkirakan patung ini berasal dari abad ke 13 – 14. koleksi arca Budha tertua di museum ini berupa arca Budha Dipangkara yang terbuat dari perunggu, disimpan dalam ruang perunggu dalam kotak kaca tersendiri, berbeda nasibnya dengan arca batu tanpa teks label dan terhalang oleh arca Ganesha. Dari Candi Banon.
Catatan
Museum Nasional sebagai sebuah lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif cultural dan rekreatif, mempunyai kewajiban menyelamatkan dn melestarikan benda warisan budaya bangsa Indonesia. Hingga saat ini koleksi yang dikelola berjumlah141.899 benda, terdiri atas 7 jenis koleksi yaitu prasejarah, arkeologi, keramik, numistik-heraldik, sejarah, etnografi dan geografi.
Penyelamatan dan pelestarian budaya ini pada hakekatnya ditujuakan untuk kepentingan masyarakat, diinformasikan melalui pameran dn penerbitan-penerbitan catalog, brosur, audio visual juga website. Tujuannya agar masyarakat tahu dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian warisan budaya bangsa.
Mengenai pameran, system penataan pameran di gedung lama (Unit A) berdasarkan pada jenis-jenis koleksi, baik berdasarkan keilmuan, bahan, maupun kedaerahn. Seperti Ruang Pameran Prasejarah, Ruang Perunggu, Ruang Tekstil, Ruang Etnografi daerah Sumatera, dan lain-lain. Sedangkan penataan pameran di Gedung baru (Unit B atau Gedung Arca) tidak berdasarkan jenis koleksi melainkan mengarah pada tema berdasarkan aspek-aspek kebudayaan yang mana manusisa diposisikan sebagai pelakudalam lingkungan tempat tinggalnya. Tema pameran yang berjudul “Keanekaragaman Budaya dalam Kesatuan” ini terdiri dari beberapa subtemaantara lain (1.) Manusia dan Lingkungannnya (2). Ilmu Pnegetahuan, Teknologi dan Ekonomi (3.) Organisasi
Sosial dan Pola Pemukiman, dan (4) Khasanah dan Keramik.
Selain gedung-gedung yang ada tersebut, kini sedang direncanakan akan dibangun Gedung Unit C untuk memperluas tata pameran yang sudah ada dan untuk melengkapi subtema terakhir yaitu (5) Religi dan Kesenian. Kami dari Tim SELERA WISATA sering mengunjungi Museum ini semenjak bulan Desember 2005, biasanya berhubungan dengan kunjungan study tour anak sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar